I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Telur
merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan oleh unggas. Telur
memiliki struktur fisik bagian luar
berupa kerabang dan selaput kerabang. Struktur ini berperan melindungi telur
dari tekanan fisik dari luar, sebagai pelindung bagi penetrasi mikroorganisme
dari luar dan penghalang bagi penguapan karbondioksida dan air dari dalam.
Telur dapat diawetkan dengan cara penggaraman. Pengawetan dengan penggaraman
terdiri dari penggaraman kering dan penggaraman basah. Pengawetan dengan
penggaraman kering yaitu cara mengawetkan telur untuk diasinkan dengan
melakukan pembalutan pada telur tersebut. Telur dibalut dengan serbuk batu
bata, abu gosok dan garam halus yang dicampur sedangkan pengawetan dengan
penggaraman basah yaitu mengasinkan telur dengan cara merendam telur dalam
larutan garam yang ditambah air kapur,
Kedua cara penggaraman ini jelas berbeda kualitasnya.Daging merupakan salah satu produk
ternak yang menjadi penyuplai protein hewani terbesar bagi masyarakat Indonesia.
Daging sapi, kerbau, domba, kambing, dan ayam adalah beberapa jenis daging yang
lazim dikonsumsi dan diolah menjadi aneka makanan oleh masyarakat Indonesia.
Indonesia yang kaya akan kebudayaan menyebabkan jenis olahan dari daging
tersebut berbeda antara satu daaerah dengan daerah lainnya.Daging ayam merupakan salah satu
bahan pangan penyumbang protein yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dari total
produksi daging nasional sebesar 2,07 juta ton, maka total konsumsi daging
unggas mencapai 65,5% (daging sapi 20,7%, lain-lain 13,8%). Tingkat konsumsi
ini diproyeksikan akan semakin bertambah dengan meningkatnya penduduk,
meningkatnya daya beli serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
protein hewani. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut
dengan kuantitas dan kualitas yang baik, diperlukan penanganan daging ayam
secara baik.Penanganan daging ayam sangat perlu
dilakukan sedini mungkin setelah ayam dipotong karena mempengaruhi kualitas
daging ayam itu sendiri, terutama pada pengolahannya. Tujuan dari penanganan
daging adalah untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas daging sehingga
dapat memperpendek masa simpan, perubahan fisik (warna dan bau), perubahan cita
rasa, yang kemudian dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi konsumen yang
mengkonsumsinya.Daging yang beredar di pasar setiap
harinya tentunya memiliki kualitas yang sangat bervariatif. Beragamnya kondisi
ternak, cara pemeliharaan dan umur potong dari ternak tersebut menyebabkan
kualitas dari daging yang dihasilkan menjadi beragam.
Beberapa hal yang menjadi indikator
kualitas daging diantaranya daya mengikat air, tingkat keempukan, besarnya
susut masak dan pH dari daging tersebut. Hal-hal tersebut menjadi indikator
akan kualitas daging yang dikonsumsi.Bahan pengawet adalah bahan kimia
yang berfungsi dapat membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan
mikroba pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir dengan cara menghambat,
mencegah, memberhentikan proses pembusukan atau kerusakan komponen lain dari bahan
pangan. Curing merupakan suatu sistem pengawetan terpadu yang mengandalkan
kekuatan garam sebagai pengawet dengan bantuan kontrol mikroba secara selektif.
Pengawetan dengan fermentasi menggunakan bakteri starter Lactobacillus casei
atau menggunakan yakult ditambah dengan susu bubuk.Bahan pengawet adalah bahan kimia
yang berfungsi dapat mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba
pembusuk, baik bakteri, kapang, maupun Khamir, dengan cara mengahmbat,
mencegah, memberhentikan proses pembusukan atau kerusakan komponen lain dari
bahan pangan.Curing merupakan suatu sistem
pengawetan ternak yang mengandalkan kekuatan garam sebagai pengawet dengan
bantuan kontrol mikroba atau fermentasi secara selektif. Kontrol mikroba dapat
dilakukan antara lain dengan penambahan bahan kimia seperti nitrat, asam, dan
sebagainya.
Istilah curing digunakan jika sistem
tersebut diterapkan terhadap daging dan sejenisnya, sedangkan istilah pikel
digunakan jika sistem pengawetan diatas diterapkan terhadap buah-buahan dan
sayur-sayuran.Upaya yang dapat di lakukan untuk
memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kualitas bahan pangan dapat di
lakukan dengan penyimpanan pada suhu rendah, pembekuan cepat di lakukan dalam
waktu kurang dari 30 menit dan suhu mencapai -240C – (-400)
yang akan terbentuk kristal, sedangkan pada pembekuan lambat akan terbentuk
kristal es besar dan kasar.
Dripp merupakan banyaknya air yang
keluar dari daging selama penyimpanan dan tidak dapat di ikat/di serap kembali
oleh sel-sel jaringan. Semakin besar kristal es yang terbentuk maka semakin
banyak air yang tidak mampu di ikat kembali
sel jaringan, dripp banyak mengandung zat makanan terutama zat yang
larut dalam air seperti isoleusin, leusin, lysin, methionin, triptophan dan
vitamin seperti niasin, riboflavin, thiamin, primidin, asam pantotenat dan asam
folat.
1.2
Tujuan dan Manfaat Dalam praktikum Teknologi Hasil
Ternak (THT) ini pada umumnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
pengalaman tentang dasar-dasar teknologi pengelolaan hasil dan produk ternak
meliputi cara pengawetan dengan penggaraman, pengawetan dengan pengemasan,
pengawetan dengan Bahan Kimia, pengawetan dengan fermentasi, pengawetan dengan
pembekuan dan pengawetan dengan peneringan serta penentuan kadar Air.Sedangkan
manfaat dari praktikum Teknologi Hasil Ternak ini adalah mahasiswa dibekali
dengan pengalaman dan keterampilan yang praktis tepat guna, efisien dan
aplikatif sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat mempraktekan dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. II. TINJAUAN PUSTAKATelur adalah sumber protein bermutu tinggi, kaya akan
vitamin dan mineral, protein telur termasuk sempurna karena menggandung semua
jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup seimbang. Asam amino esensial
sanagat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh
sehingga harus dipenuhi dari makanan yang dimakan (Antonius,2001). .Kerabang
telur berfungsi melindungi telur dari tekanan fisik dari luar, penetrasi
mikroorganisme dari luar yang menyebabkan kerusakan dan penghalang penguapan
CO2 dan H2O. (Pilliang,1995)Haryoto (1996) menyatakan bahwa
kerusakan isi telur disebabkan adanya C02 yang terkandung didalamnya sudah
banyak keluar, sehingga derajat keasaman meningkat penguapan yang terjadi juga
menyebabkan bobot telur menyusut dan putih telur menjadi encer, masukknya
mikroba kedalam telur melalui pori-pori telur juga akan merusak isi
telurDesrosier, WN. (1988). Telur asin adalah salah satu produk olahan yang
prinsip proses pembuatannya adalah penggaraman.Diantara putih telur dan kuning
telur dibatasi oleh suatu lapisan yang tipis yang disebut kalaza kuning telur
tersimpan di bagian pusat telur, berbentuk hampir seperti bola (Gaman, MP, 1992). komposisi
daging yang mendapat proses curing sangat berbeda dari daging segar (Pilliang,1995).
Menurut Lawrie, AR, (1995). Selain daripada kadar garam dari brine dan struktur
mikroskopis dari urat-urat daging, ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi
penetrasi garam selama proses curing Penambahan
nitrit menghindari ketergantungan pada mikroorganisme untuk membentuknya dari
nitrit, tetapi kadarnya harus tidak di atas 0,05%. Dalam hal ini dapat
disebutkan bahwa bila semua nitrat ditambahkan selama curing secara tradisional
diubah menjadi nitrit, maka kadar nitrit akan meningkat menjadi 0,25%. (
Desrosier, WN, 1998).Petrucci (1993) mengatakan bahwa
bahan kimia nitrit dan nitrat merupakan bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pengawetan bahan pangan daging maupun bahan pangan lainnya.Syarif (2003) mengatakan bahwa pada
dasarnya prinsip dari pengawetan bahan pangan dengan bahan kimia yaitu mencegah
pertumbuhan mikroba, menghentikan proses-proses pembusukan oleh mikroba pada
bahan pangan. Pengawetan makanan adalah cara yang
digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan sifat-sifat
fisik dan kimia makanan. Pengawetan makanan harus memperhatikan jenis bahan
makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik
produk pengawetan makanan. Memurut Hadiwiyoto, ( 1983). Protein yangs ering
digunakan dalam fermentasi bahan pangan terutama susu antara lain Lactobacillus
casie, merupakan bakteri baik yang dapat menekan patogen dalam saluran
pencernaan. protein yang sering digunakan dalam fermentasi bahan pangan
terutama susu antara lain lactobacillus, yang digunakan dalam pembuatan yakult.
Dipilihnya laktobacillus ini dikarenakan bakteri tersebut bakteri yang baik
karena dapat menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan.(Yuanita,2001) Lawrie, AR. (1995). pH akhir yang tinggi
mengubah sifat-sifat penyerapan mioglobin, permukaan daging menjadi lebih merah
gelap. Metmioglobin adalah pigmen-pigmen yang tidak disukai dan paling sering
terjadi terjadi di permukaan daging, warna kulitnya akan terlihat bisa lebih
kurang 60% mioglobin sudah dalam bentuk metmioglobin. Desrosier, WN.
(1988). Perubahan cita rasa, warna,
kehilangan zat gizi dan kehilangan tekstur relatif lebih cepat terjadi diatas
suhu 15°F (dibandingkan dengan suhu 0°F/lebih rendah). Makin rendah suhunya
makin lambat laju kehilangan asam askorbat, lebih lanjut dengan adanya
fluktuasi suhu maka beberapa produk lebih cepat menjadi rusak
temperatur suhu kamar dan suhu
refrigerator juga berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena banyakya kadar air
yang terkandung didalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonymous (1996),
ytang menyatakan bahwa suatu bahan pangan yang banyak mengandung air yang
banyak ataupun sedikit akan mengalami perbedaan berat bahan tersebut.Antara daging
yang disimpan disuhu kamar dan suhu refrigerator juga bebeda dimana pada suhu
refrigerator berat drippnya lebih banyak dari pada disuhu kamar. Hal ini
terjadi karena dalam suhu kamar bahan akan kering karena adanya penguapan,
sedangkan pada suhu refrigerator akan terjadi pembekuan yang dapat menampung
air. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (1997), yang menyatakan bahwa pada
ruangna terbuka bahan akan mengalami perubahan yang berupa adanya penguaoan
yang dapat menyebabkan kekeringn pada bahan tersebutMenurut Soewodo (1983) menyatakan
bahwa pengeringan adalah suatu cara atau proses untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar
air yang dikandungnya dengan menggunakan energy panas, biasanya kandungan air
bahan dikuranngi sampai batas dimana mikroba tidak tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya. Terdapat dua
metode pengeringan, yaitu dengan metode sun drying dan metode artificial
drying. Sun drying, yaitu suatu proses pengeringan dengan menggunakan panas
matahari. Sedangkan artificial drying, yaitu suatu proses pengeringan dengan
menggunakan panas yang berasal dari suatu mesin pengering. Keuntungan suhu dan
waktu pengeringan dapat diatur serta kebersihan pangan lebih terjamin (Winarno
, 1987). Bahan makanan yang di keringkan mempunyai daya
simpan yang lebih lama, karena air yang di dalam suatu bahan makanan dapat
menjadi media pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan jika kandungan air rendah
maka aktifitas Mo akan terhambat,
pertumbuhan dan perkembangannya akan terhenti sehingga Mo tersebut tidak dapat merusak bahan
makanan yang sudah di keringkan (Refandi, 2003)Menurut Suetarno (1992) menyatakan
bahwa pengeringan dengan pemanas buatan mempunyai beberapa tipe alat dimana
pindah panas berlansung secara konduksi atau konversi, mesakipun ada beberapa
yang dapat dilakukan dengan cara radiasi. Alat pengering dengan menggunkan
pindah panas secara konversi pada umumnya menggunkan udara panas yang
dialirkan, sehingga energy panas merata keseluruh bahan. Tujuan pengeringan
untuk mengurangi kadar air bahan sampel batas dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukkan terhambat
(Robert, 1982)Menurut Handiwiyoto, Soeswodo (1983) menyatkan bahwa
pengeringa dengan menggunakan sinar matahari sebaiknay dilakukan ditempat yang
udaranya kering dan suhu nya lebih dari 100oF. Pengeringan dengan
metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Pengeringan dengan menggunakan oven dapat
dilakukan dengan mengatur panas, kelembaban dan kadar air. Waktu yang
diperlukan 5-12 jam agar bahan menjadi kering, temperature oven diatas 1400F.Lawrie, AR.
(1995). Memperpanjang waktu penyimpanan atau disimpan dalam jangka waktu
pendek/sebentar pada suhu tinggi, akan menyebabkan permukaan daging mengering
dengan demikian meningkatkan konsentrasi garam dan pembentukan metmioglobin.
Lawrie(1995),
yang menyatakan bahwa pengeringan suatu bahan makanan dengan suhu yang tinggi
dan waktu pengeringan yang lama dapat menutunkan aktifitas air (AW).
III. MATERI DAN METODA3.1. Waktu dan TempatPraktikum
Dasar Teknologi Hasil Ternak ini dilaksanakan setiap hari senin tepatnya pukul
12.00- 14.00 WIB yang dimulai dari Tanggal 18 April 2014- 9 mei 2014 bertempat
digedung C Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 3.2. MateriPengawet alami pada telurAdapun
alat-alat dan bahan yang digunakan yaitu : Telut ayam ras 4 butir, piring 4
buah, minyak goring, penggorengan, panci
dan kompor Pngawetan dengan penggaramanAlat
dan baha yang digunakan adalah , telur itik 5 butir, garam halus, kapur sirih,
air matang yang telah didinginkan, amplas, sabut, stoples atau ember kecil,
serbuk bbatu bata, abu gosok. Curing (pengawetan dengan bahan
kimia) Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum curing adalah daging sapi, garam, gula,
air, sodium nitrat, pisau, timbangan, dan stoples Pengawetan dengan fermentasi Alat dan baha yang digunaka dalam
praktikum ini adalah, susu segar, bakteri stater Lactobacillus casei atau
yakult, susu bubuk 2 sendok, gula atau sirup, panic email, kompor, alat
pengaduk
Pengawetan dengan pengemasan Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengawetan dan pengemasan adalah daging, kemasan plastic poli etilen,
pisau, refrigerator, sealer (perekat plastic), susu pasteurisasi, gelas atau
botol, panci, kompor Pengawetan dengan pembekuan Alat dan bahan yang digunakan adalah
daging ayam, freezer, thermometer, telenan, plastic, timbangan ohaous.
Pengawetan dengan pengeringan Alat dan bahan yang digunakan adlah daging
ayam 300 gram, bawaang pputih 6 gram, ketumbar 9 gram, gula merah 90 gram,
garam 9 gram, asam jawa 3 gram, food processor, baskom, plastic, daun pisang,
dan oven.
3.3.
MetodaPengawetan Alami Pada TelurSiapakan 3 buttir telur dan bersihkan dari kotoran yang ada
pada permukaan kerabang, masing-massing telur beri tanda sesuai dengan
perlakuan, yaitu : T-1 : biarkan telur dalam keadaan mentah an utuh, T-2 :
pecahkan telur dan letakan dalam piring, T-3 : rebus elur sampai masak (10
menit), kemudian kupas dan letakan dalam piring, amati semua perlakuan tersebut
sehari 2 kali selam 5 hari. Pengawetan Dengan Penggaraman
Pembuatan Telur Asin Dengan Media
cair (Cara Basah)
Cuci telur dan gosok dengan sabut, kemudian dilap dengan
kain kering, amplas kerabang telur agar lebih mudah dan lap dengan kain, rendam
dalam larutan garam (air : garam = 3: 1) yang ditmbah sedikit air kapur selama
8 – 10 hari dalam wadah stoples, kemudian rebus hingga masak.Pembuatan
Telur Asin Dengan Media Pembalutan (Cara Kering)Bersihakan
telur yang akan diasinkan, buat larutan the (air : the =1 liter p; 60 gram
the), buat campuran antara garam halus, serbuk batu bata dan abu gososk dengan
perbandingan 4 : 3 : 3, buat campuran tersebut menjadi adonan pasta dengan
menambah larutan teh, lapisi/bungkus telur dengan adonan dan simpan 8 – 10
hari, kemudian rebus hingga masak, bandingkan hasilnya (bau, warna, tekstur dan
rasa) dengan cara bash dan bahas. Curing (Pengawetan Dengan Bahan
Kimia)Siapkan 2 potong daging dengan bobot masing-masing 100 gram,
buat larutan yang terdiri atas 7.26 gram garam, 2.70gram gula, 0.23 gram sodium
nitrat dan 45.5 ml air, lalu buat larutan lain tanpa sodium nitrat, selanjutnya
masing-masing larutan dimasukkan daging, simpan didalam refrigrator selama 7
hari, kemudian amati perubahan yang terjadi. Pengawetan Dengan FermentasiSiapkan 1 liter susu lalu panaskan(pasteurisasi) sampai
mendidih, tambahkan susu bubuk sebanyak 5 % dari berat susu, sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk, kemmudian dinginkan sampai suhu 45 C (agak hangat)
selanjutnya susu tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) bagian : a. Susu YK-1
ditambahkan starter (yakult) 2 sendok teh, b. Susu YK-2 ditambahkan starter(yakult)
3 sendok the, c. Susu Yk-3 ditambahkan starter (yakult) 4 sendok teh,
susu yang telah dicampur dengan yakult, kemudian dimasukkan kedalam botol kecil
yang tertutup rapat, biarkan pada suhu kamar (25-270C) selama 12-14
jam, kemudian amati perubahan selam proses fermentasi dan lakukan uji
organoleptik. Cara Kerja Pengawetan Dengan
PengemasanPengemasan dengan PendinginanSipakan
2 potong daging dengan ukuran masing-masing 5×10 cm, simpan daging dalam
refrigerator pada suhu rendah (1-100C) dengan ketentuan : Daging 1 :
Masukkan daging kedalam kantong plastic Poli Etilen dan rekatkan, Daging 2 :
Biarkan daging dlam keadaan terbuka dalam refrigerator, amati perubahan ynag
terjadi pada permukaan daging setiap hari selama 5 hari, setelah hari ke 5,
keluarkan daging tersebut dari refrigerator selanjutnya ukur dan analisa kadar
air masing-masing daging tersebut.Pengemasan Produk TernakSiapkan
susu segar sebanyak 0.5 liter, pasteurisasi susu tersebut pada suhu 720C
selama 15 detik, masukkan susu tersebut kedalam 4 botol masing-massing berisi
125 ml, masing-masing 2 botol disimpan disuhu kamar dan suhu rendah
(refrigerator), pada masing-masing kondisi penyimpanan susu dalam botol
dibiarkan terbuka dan yang lain tertutup rapat, amati perubahan yang terjad
pada masing-massing susu tersebut setiap 8 jam selama 2 hari. Cara Kerja Pengawetan Dengan
PembekuanSiapkan karkas ayam dan belah menjadi 2 bagian , yaitu
karkas kiri dan kanan, masing-masing pisahkan berdasarkan irisan karkas yang
meliputi: irisan punggung, sayap dada, paha atas dan paha bawah, lalu timbang
masing-masing irisan karkas dan selanjutny masukkan dalam kemasan plastik dan
setelah diberi tanda lalu masukkan semua kemasan karkas kedalam frezzer selama
48 jam, setelah itu cairkan (thawing) kemasan karkas dengan ketentuan: irisan
karkas bagian kiri di thawing pada suhu kamar sampai irisan karkas lunak dan
karkas bagian kanan di thawing pada refrigrator selam 2 jam dan selanjutnya
thawing pada suhu kamar sampai irisan lunak, selanjutnya keluarkan irisan
karkas dari kemasan plastik dan timbang lalu hitung driip dari masing-masing
irisan karkas dengan rumus :Selisih berat sampel% dripp = -------------------------- x 100 %
Berat awal sampel Pengawetan Dengan Pengeringan Daging
dicacah, selanjutnya dihaluskan dengan food processor, haluskan semua
bumbu (bawang putih, ketumbar, gula merah, garam, asam jawa) kemudian dicampur
dengan daging ayam dalam food Processor, buat lapisan tipis (sekitar 3-5
mm) adonan yang sudah siap letakkan diatas daun pisang, kemudian keringkan
dalan oven dengan 2 perlakuan yakni: dendeng 1 dikeringkan dalam oven selama 36
jam pada suhu 600C dan dendeng 2 dikeringkan dalam oven selama 72
jam pada suhu 400 C.Adapun cara kerja penghitungan kadar air dendeng sebagai
berikut : Panaskan botol timbang dalam oven pada suhu 1050C selama ½
jam, kemudian masukkan ke dalam desikator, tutup rapat desikator dan
selanjutnya timbang dan catat berat botol (W), masukkan sampel seperlunya
kedalam botol timbang, kemudian catat botol serta sampel (W1), masukkan dan
panaskan botol timbang dalam oven pada suhu 1050C selam 24 jam,
kemudaian angkat dan dinginkan dalam eksikator dan selanjutnya timbang (W2) dan
kadar air dendeng dapat dihitung dengan runus:
100(W1-W2)Kadar
air bahan = ------------------
(W2 - W)Penentuan
kadar air dengan infrared digital mouisture balance Cara kerjanya pertama nyalakan alat
dengan menekan tombol on, lalau atur temperattur pemanasan dan waktu pemanasan.
Setealh itu alas alumunium foil ke dalam alat. Setelah itu masukkan sampel
diatas alumunium foil sekitar 2 gram, lalut eakn tombol start . lampu alat akan
menyala dan akan berhenti secara otomatis setelah selesai proses pemanasan.
Baca kadar air di monitor. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1.
Pengawetan Alami Pada Telur

Gambar 1. Pengawetan alami pada telur Telur merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan oleh
ternak unggas, kualitas telur ditentukan oleh 2 faktor, yaitu kulitas luarnya
berupa kulit cangkang dan isi telur. Kualitas luar ini bisa berupa bentuk,
warna, keutuhan dan kebersihan kulit cangkang. Sedangkan yang berkaitan dengan
isi telur meliputi kekentalan putih telur, warna dan posisi telur, serta ada
tidaknya noda-noda pada putih telur, dan kuning telur.Telur yang segar baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang
bagus, cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam
telur kecil, posisi kuning telur ditengah-tengah, dan tidak terdapat bercak
atau noda darah.Menurut Antonius (2001) menyatakan bahwa telur adalah sumber
protein bermutu tinggi, kaya akan vitamin dan mineral, protein telur termasuk
sempurna karena menggandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah cukup
seimbang. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh manusia, karena tidak
dapat dibuat sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan yang
dimakan.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Pengawetan Alami Pada Telur.
Peubah
|
Prlkn
|
Pengamatan
hari ke :
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Bau
|
T-1
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
T-2
|
Normal
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
|
T-3
|
Normal
|
sdkit
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
Busuk
|
|
T-4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Warna
|
T-1
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
T-2
|
Normal
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
|
T-3
|
Normal
|
Pucat
|
Pucat
|
Pucat
|
Pucat
|
Pucat
|
Pucat
|
|
T-4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Viscositas
|
T-1
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
T-2
|
Normal
|
Kental
|
Kental
|
Kental
|
Kental
|
Kental
|
Kental
|
|
T-3
|
Normal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
|
T-4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pengamatan yang dilakukan pada pengawetan alami pada telur bertujuan untuk mengetahui kamampuan pengawetan alami yang ada pada telur dan untuk mengetahui daya simpan telur pada keadaan mentah dan setelah diolah. Dan setelah proses pengamatan berlangsug ternyata kemampuan pengawetan pada telur tidak mampu bertahan lama semua hanya berlangsung selama ± 2 hari. Setelah itu telur akan mengalami perubahan baik bau, dan perubahan warna terjadi perubahan warna telur tersebut dan dibuang.Pengamatan pada T-1 ternyata telur T-1 masih bisa bertahann lama ± 2-3 minggu karena telur mempunyai kerabang yang berperan untuk melindungi telur dari tekanan fisik dari luar, pengamatan pada T-2 setelah diamati ternyata daya simpan telur T-2 tidak bisa bertahan lama karena telur mengalami penguapan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O) dari alam, dan penagamatan pada telur T-3 juga tidak tahan akan daya simpan karena kerabang telur tidak melindungi telur sehingga telur cepat mengalami kerusakan.Menurut Haryoto (1996) menyatakan bahwa kerusakan isi telur disebabkan adanya C02 yang terkandung didalamnya sudah banyak keluar, sehingga derajat keasaman meningkat penguapan yang terjadi juga menyebabkan bobot telur menyusut dan putih telur menjadi encer, masukknya mikroba kedalam telur melalui pori-pori telur juga akan merusak isi telur. 4.2. Pengawetan Dengan Penggaraman


Gambar 2. Pengawetan kering Gambar 3. Pengawetan basah Pembuatan telur asin dengan media basah (cair) setelah dilakukan pengamatan ternyata peran garam dalam pengawetan lebih asin karena terjadinya penetrasi melalui kerabang telur yang tipis sehingga garam mudah masuk kedalam sehingga mudah terjadi penetrasi. Pengamatan selama ± 8 hari memberikan hasil yang cukup memuaskan karena setelah dimasak rasa asin pada telur yang telah diasinkan terasa asin.Menurut Marhijanto (1996) menyatakan bahwa nilai gizi telur dapat dipertahankan dalam waktu relatife lama, syarat-syarat telur yang akan diasinkan adalah telur masih segar dan baru, telur sudah dibersihkan dari kotoran, kulit telur masih utuh tidak retak, sebelum diasinkan telur harus diamplas untuk mempermudah proses pengasinan. Tabel 2. Pengawetan dengan penggaraman
Penggaraman
|
Unit telur
|
Bobot awal (gr)
|
Bobot akhir (gr)
|
Volume
|
Basah
|
1
|
64,4
|
62
|
370-300
|
2
|
67,8
|
71
|
375-300
|
|
3
|
69,0
|
68
|
370-300
|
|
Kering
|
1
|
71,5
|
72
|
375-300
|
2
|
72,3
|
73
|
380-300
|
|
3
|
66,3
|
67
|
365-300
|


Gambar 4. Pengawetan kering Gambar 5. Pengawetan basah Table 3. pengamatan citarasa
Penggaraman
|
Nilai Hidrolik
|
Bau
|
Warna
|
Tekstur
|
Rasa
|
||||
Alb
|
yolk
|
Alb
|
Yolk
|
Alb
|
yolk
|
Alb
|
Yolk
|
||
Basah
|
Sgt suka
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
Suka
|
V
|
||||||||
Nertral
|
|
||||||||
tdk suka
|
|||||||||
Sgt tdk suka
|
|||||||||
Kering
|
Sgt suka
|
||||||||
Suka
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|||
Netral
|
V
|
||||||||
tdk suka
|
V
|
||||||||
Sgt tdk suka
|


Gambar 6. Curing
Dari praktikum yang dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 4. curing
Perlakuan
daging
|
Perubahan
warna pada hari ke
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Tanpa
nitarat
Diberi
nitrat
|
Merah
kecoklatan
|
Merah
muda
Kecokltan
|
Merah
muda
Agak
kehitaman
|
Merah
muda
Hitam
|
Merah
muda
Hitam
|
Merah
muda
Hitam
|


Gambar 7. Fermentasi susu Tabel 5. hasil pengawetan dengan fermentasi
Pengamatan
|
Perlakuan
|
||
YK I
|
YK II
|
YK III
|
|
Warna
|
Krem
|
Krem
|
Krem menggumpal
|
Aroma
|
Asam
|
Agak sedikit bau
|
Asam
|
Kekentalan
|
Kental
|
Kental
|
Kental
|
Rasa
|
Hambar
|
Agak hambar
|
Sedikit asam
|
4.5 Pengawetan Dengan Pengemasan4.5.1 Pengemasan Dengan PendinginanTable 5. hasil pengemasan pendinginan
Pengamatan
|
Daging
|
Pengamatan pada hari ke
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Warna
|
I
|
Merah pucat
|
Merah pucat
|
Merah pucat
|
Merah pucat
|
Coklat pucat
|
II
|
Merah tua
|
Merah tua
|
Merah tua
|
Merah hitam
|
kehitaman
|
|
Tekstur
|
I
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
II
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
|
Konsistensi
|
I
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
Halus
|
II
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
|
Kadar Air
|
I
|
Berair
|
Berair
|
Berair
|
Berair
|
Banyak air
|
II
|
Agak berair
|
Kering
|
Kering
|
Kering
|
Kering
|

Gambar 8. Pengawetan pengemasan Bila pH daging tinggi maka aktifitas enzim-enzim sitokrom akan lebih besar. Selanjutnya, berhubung protein-protein urta daging cukup jauh diatas isoelektrik-point-nya, maka banyak air dalam urat daging masih berasosiasi dengan protein tersebut dan serat-serat akan secar kuat dibungkus bersama sehingga merupakan halangan untuk proses difusi. Sebagai akibat dari dua faktor ini lapisan oksimioglobin yang merah cerah secara perlahan menjadi sedikit dan terlihat tidak menyenangkan. Daging demikian terlihat gelap karena permukaannya sebegitu jauh tidak akan menyebar cahaya seperti halnya dengan permukaan daging yang lebih terbuka.Banyak sedikitnya kadar air tergantung dari lamanya penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie, AR (1995) yang menyatakan bahwa Memperpanjang waktu penyimpanan atau disimpan dalam jangka waktu pendek/sebentar pada suhu tinggi, akan menyebabkan permukaan daging mengering dengan demikian meningkatkan konsentrasi garam dan pembentukan metmioglobin. 4.5.2. Pengemasan Pada Produk Ternak

Gambar 9. Pengemasan produk ternak tabel 6. Hasil pegemasan produk ternak( suhu normal)
Pengamatan
|
Waktu (jam)
|
Bentuk penyimpanan
|
Hari ke
|
|
1
|
2
|
|||
Warna
|
8
|
Terbuka
|
Putih kental
|
Kuning
|
Tertutup
|
Putih kental
|
Kuning
|
||
16
|
Terbuka
|
Kuning
|
Kuning
|
|
Tertutup
|
Kuning
|
Kuning
|
||
24
|
Terbuka
|
Kuning
|
Kuning
|
|
Tertutup
|
Kuning
|
Kuning
|
||
Bau
|
8
|
Terbuka
|
Bau susu
|
Tidak bau
|
Tertutup
|
Bau susu
|
Basi
|
||
16
|
Terbuka
|
Bau susu
|
Tidak bau
|
|
Tertutup
|
Bau susu
|
Basi
|
||
24
|
Terbuka
|
Bau susu
|
Tidak bau
|
|
Tertutup
|
Bau susu
|
Basi
|
||
Tekstur
|
8
|
Terbuka
|
Mengental
|
Halus
|
Tertutup
|
Mengental
|
Kasar
|
||
16
|
Terbuka
|
Mengental pecah
|
Halus
|
|
Tertutup
|
Mengental pecah
|
Kasar
|
||
24
|
Terbuka
|
Halus
|
Halus
|
|
Tertutup
|
Kasar
|
Kasar
|
||
Konsistensi
|
8
|
Terbuka
|
Bagus
|
Sedikit
|
Tertutup
|
Banyak
|
Banyak
|
||
16
|
Terbuka
|
Sedikit
|
Sedikit
|
|
Tertutup
|
Banyak
|
Banyak
|
||
24
|
Terbuka
|
Sedikit
|
Sedikit
|
|
Tertutup
|
Banyak
|
Banyak
|
Pengamatan
|
Waktu (jam)
|
Bentuk penyimpanan
|
Hari ke
|
|
1
|
2
|
|||
Warna
|
8
|
Terbuka
|
Putih kental
|
Putih
|
Tertutup
|
Putih kental
|
Putih
|
||
16
|
Terbuka
|
Putih
|
Putih
|
|
Tertutup
|
Putih
|
Putih
|
||
24
|
Terbuka
|
Putih
|
Putih
|
|
Tertutup
|
Putih
|
Putih
|
||
Bau
|
8
|
Terbuka
|
Susu
|
Biasa
|
Tertutup
|
Susu
|
Susu
|
||
16
|
Terbuka
|
Susu
|
Biasa
|
|
Tertutup
|
Susu
|
Susu
|
||
24
|
Terbuka
|
Biasa
|
Biasa
|
|
Tertutup
|
Susu
|
Susu
|
||
Tekstur
|
8
|
Terbuka
|
Mengental
|
Mengental
|
Tertutup
|
Mengental
|
Mengental
|
||
16
|
Terbuka
|
Mengental
|
Mengental
|
|
Tertutup
|
Mengental
|
Mengental
|
||
24
|
Terbuka
|
Mengental sedikit pecah
|
Mengental pecah
|
|
Tertutup
|
Sedikit pecah
|
Mengental pecah
|
||
Konsistensi
|
8
|
Terbuka
|
Banyak
|
Banyak
|
Tertutup
|
Sedikit
|
Sedikit
|
||
16
|
Terbuka
|
Banyak
|
Banyak
|
|
Tertutup
|
Sedikit
|
Sedikit
|
||
24
|
Terbuka
|
Banyak
|
Banyak
|
|
Tertutup
|
Sedikit
|
Sedikit
|

gambar 10. Karkas ayam Dari hasil pengamatan dapat kita ketahui pebedaan dripp antara bagian/irisan karkas yang satu dengan yang lain. Perbedaan dripp ini tergantung dari tebal atau tipisnya irisan karkas. Bahan yang mengalami dripp merupakan bahan yang mengandung protein-protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie, AR (1995) yang menyatakan bahwa eksudasi weep atau dripp akan tergantung pada kuantitas cairan yang dibebaskan dari proses yang ada hubungannya dengan protein-protein urat daging. Dalam hal ini pengkerutan kisi-kisi dari filamen-filamen yang tipis dan tebal dan tingkat cairan yang dimungkinkan keluar ke bagian luar. Tabel 8. Pengawetan dengan pembekuan
Irisan/bagian
karkas ayam
|
Temperatur
thawing
|
Boot irisan
karkas (gr)
|
% Dripp
|
|
Awal
|
Akhir
|
|||
Sayap
|
Suhu kamar
|
44,6
|
45,2
|
4,506
|
Refrigerator
|
47,2
|
48,9
|
3,988
|
|
Punggung
|
Suhu kamar
|
83,9
|
83,2
|
10,635
|
Refrigerator
|
74,2
|
73
|
1,980
|
|
Dada
|
Suhu kamar
|
72
|
72,5
|
4,171
|
Refrigerator
|
111,4
|
110
|
2,081
|
|
Paha
|
Suhu kamar
|
109,2
|
110
|
2,517
|
Refrigerator
|
74,3
|
75
|
2,257
|

4.7. Pengawetan dengan pengeringan

Gambar 12. Dendeng basah Hilangnya air dalam dendeng atau bahan makanan lain yang di keringkan akan menyebabkan bahan makanan tersebut mempunyai daya simpan yang lebih lama, sehingga dapat di gunakan pada waktu yang akan datang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Repandi (2003) yang menyatakan bahwa bahan makanan yang di keringkan mempunyai daya simpan yang lebih lama, karena air yang di dalam suatu bahan makanan dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan jika kandungan air rendah maka aktifitas Mo akan terhambat, pertumbuhan dan perkembangannya akan terhenti sehingga Mo tersebut tidak dapat merusak bahan makanan yang sudah di keringkan.
Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang lama dapat menghilangkan kadar air di dalam bahan makanan, pengeringan dapat di lakukan dengan cara memasukkan ke dalam oven atau menggunakan sinar matahari. Cepat atau lambatnya pengeringan dapat di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu kandungan air dalam bahan makanan, ketebalan atau ruas permukaan, dan tempelatur yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (1999) yang menyatakan bahwa pengeringan dapat di percepat dengan tempelatur yang tinggi dan memperkecil luas permukaan atau menipiskan bahan yang akan di keringkan.
Tabel 9. Pengawetan Dengan Pengeringan
Perlakuan
Pengeringan
|
Kode
Sampel
|
Berat (gram)
|
Kadar
Air (%)
|
|||
W
|
W1
|
W2
|
||||
Suhu 60o
C selama 36 jam
|
1
|
14,729
|
14,831
|
14,765
|
183,333
|
|
2
|
14,532
|
14,580
|
14,533
|
4700
|
||
3
|
14,950
|
15,000
|
14,969
|
163,158
|
||
Rataan
|
1682,164
|
|||||
Suhu 40o
C selama 70 jam
|
1
|
11,835
|
11,894
|
11,881
|
28,261
|
|
2
|
11,460
|
11,546
|
11,533
|
17,808
|
||
3
|
11,113
|
11,231
|
11,207
|
25,532
|
||
Rataan
|
23,867
|
|||||

Gambar 13. Dendeng yang sudah kering Dari diatas dapat dilihat bahwa pengeringan dendeng dengan menggunakan suhu 600C selama 36 jam kadar airnya lebih banyak dibandingkan dengan kadar air pada pengeringan suhu 40oC selama 70 jam. Hal ini bisa saja karena sampel untuk pengeringan suhu 60oC lebih berat dan lebih tebal dibandingkan dengan sampel untuk pengeringan suhu 40oC, sehingga kandungan air pada sampel untuk pengeringan suhu 60oC lebih banyak dan lebih lama keringnya dibandingkan dengan sampel suhu 40oC. Dua macam metode pengeringan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kadar air dari masing-masing perlakuan. Menurut Rasyaf (1996) untuk mempengaruhi tingkat kadar air yang perlu dikeluarkan oleh arus udara panas ( yang digunakan dalam proses ), maka perlu untuk mempunyai rasio permukaan : volume yang tinggi dalam daging, oleh karena itu digunakan daging yang sudah dipotong-potong halus.Pembuatan dendeng ini bertujuan untuk memperpanjang masa simpan pangan ( mengontrol kadar air ) yang didalam prosesnya telah ditambahkan garam. Garam ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1997) bahwa salah satu metoda pengawetan pangan yaitu dengan cara menambahkan garam ke berbagai macam makanan. Pengasapan dan pengeringan juga telah dilakukan secara luas dalam kombinasinya dengan garam, terutama untuk produk daging dan ikan. Menurut Buckle (1995) penambahan garam dalam bahan pangan mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racun. 4.8. penentuan kadar air dengan infrared digital moisture balance

Gambar 13. Alat infrared moisture balance Dari data yang kami dapat pada praktikum perhitungan kadar air pada daging, dagimg yang semula beratnya 1,6 gram menyusut enjadi 0,8 gram. Dan kandungan air yang terkandung pada daging sebesar 40,4% . ketentuan mutu daging yang baik menurut standar nasional Indonesia (SNI) adalah 60,6 % hal ini mendakan daging yang kami ukur masih dalam keadaan yang baik dan layak konsumsi.
V. PENUTUP5.1. KesimpulanDari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa bahan pangan berupa hasil ternak baik itu susu, daging maupun telur perlu diperhatikan dalam pengolahannya, pengawetannya maupun dalam penyimpanannya sebab akan mempengaruhi kualitas dari bahan pangan tersebut.Berbagai macam jenis pengawetan yang dapat dilakukan pada berbagi jenis produk yang bertujuan untuk memperpanjang umur/masa simpan, dapat meningkatkan nilai daya guna, memperluas jangkauan pemasaran yang berkaitan dengan kendala wilayah dan waktu, dan dapat meningkatkan keanekaragaman pangan hasil ternak. Yang melibatkan panas, sehingga produk akan mengalami beberapa perubahan atau berbeda sifatnya dengan asalnya. 5.2. SaranSaran yang diharapakan untuk kedepannya, terutama bagi para mahasiswa/I atau praktikaan dalam pelaksaan pratikum atau selama melakukan penelitian terhadap berbagai jenis produk hasil ternak yang akan diamti untuk lebih ditingkatkan lagi keseriusan dalam pelaksanaan partikum, agar mendapatkan hasil yang sempurna pula. DAFTAR PUSTAKAAntonius Riyanto.2001. Kandungan Energi Dalam Telur. Penerbit Erlangga, Jakarta.Anonymous.1996. Hasil-hasil Olahan Dari Ternak. Penerbit Agritech, Yogyakarta.
Wianrno.1982. Pencegahan Kerusakan Bahan Pangan. Pustaka Media, Yoyakarta.Winarno F,G.1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia : Jakarta 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia : Jakarta.Wianrno F,G. S Fardias dan D Fardias.1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia : Jakarta.